Kamis, 19 April 2012


BALUARTI KRATON KESEPUHAN CIREBON

Pada abad XV (th. 1430) Pangeran Cakrabuwana putra mahkota Pajajaran membangun kraton kemudian diserahkan kepada putrinya  Ratu Ayu Pakungwati, maka kratonnya dinamai Kraton Pakungwati (hingga sekarang dikenal dengan sebutan Dalem Agung Pakungwati).
Ratu Ayu Pakungwati kemudian menikah dengan sepupunya Syech Syarif Hidayatullah (putra Ratu Mas Larasantang adik Pangeran Cakrabuwana) lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati, kemudian Sunan Gunung Jati dinobatkan sebagai Pimpinan atau Kepala Negara di Cirebon dan bersemayam di Kraton Pakungwati. Semenjak itu Cirebon merupakan pusat pengembangan agama Islam di Jawa dengan Wali Sanga yang dipimpin Sunan Gunung Jati dan peninggalan-peninggalannya diantaranya Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Pada abad XVI Sunan Gunung Jati wafat, kemudian pangeranm Emas Moch Arifin cicit dari  Sunan Gunung Jati bertahta menggantikannya. Kemudian pada tahun candra sangkala Tunggal tata Gunaning wong atau 1451 Saka yaitu th. 1529 beliu mendirikan Kraton baru disebelah barat daya Dalem Agung Pakungwati, Kraton ini dinamai Kraton Pakungwati dan beliau pun bergelar Panembahan Pakungwati I.
Kraton Pakungwati mengambil dari nama Ratu Ayu Pakungwati Putri Pangeran Cakrabuwana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Putri ini cantik rupawan dan berbudi luhur dapat mendampingi suami dibidang pembinaan Negara dan Agama juga penyanyang rakyat.
Pada  th. 1549 Masjid Agung Sang Cipta Rasa kebakaran, Ratu Ayu Pakungwati yang sudah tua itu turut memadamkan api, api dapat dipadamkan namun Rt. Ayu Pakungwati kemudian wafat. Sejak saat itu nama Pakungwati dimulyakan dan diabadikan oleh nasab Sunan Gunung Jati.
Pada  th. 1679 didirikan Kraton Kanoman oleh Sultan Anom I (Sultan Badridin) maka semenjak itu Kraton Pakungwati disebut Kraton Kasepuhan hingga sekarang dan sultannya bergelar Sultan Sepuh. Kasepuhan artinya tempat yang sepuh/tua , jadi antara Kasepuhan dan Kanoman itu awalnya yang tua dan yang muda (kakak beradik).
Lokasi bangunan Kraton Kasepuhan membujur dari utara ke selatan atau menhadap ke utara, karena kraton-kraton di Jawa semuanya menghadap ke utara artinya menghadap magnet dunia, arti falsapahnya sang raja mengharapkan kekuatan.


Denah Keraton Kesepuhan





URUTAN-URUTAN BALUARTI

1.       Alun-alun
Semenjak jaman Sunan Gunung Jati, alun-alun depan kraton dinamai Sangkala Buwana. Ditengah-tengahnya tumbuh sepasang beringin jenggot, namun semenjak th. 1930 beringin itu sudah tidak ada lagi.
 Tanggal 6 November  1988 alun-alun diperindah disesuaikan dengan pola keindahan tata kota oleh Pemda Kodya Cirebon dengan seijin Sultan Sepuh Kasepuhan. Dahulu alun-alun fungsinya untuk rapat akbar atau apel besar dan baris berbaris para prajurit atau latihan perang-perangan juga pentas perayaan Negara.  




2.       Majid Agung
Sebelah barat alun-alun berdiri bangunan masjid yang dibangun pada th. 1422 S. atau 1500 M. Oleh Wali Sanga dan masjid itu dinamai Sang Cipta Rasa. Sang = keagungan, Cipta = dibangun, Rasa = digunakan, artinya bangunan besar ini pergunakanlah untuk ibadah dan kegiatan agama.








3.       Panca Ratna
Sebelah selatan alun-alun sebelah barat jalan menuju kraton berdiri bangunan tanpa dinding dinamai panca ratna. Panca = lima yang dimaksud disini hakikatnya Panca Indra atau getaran yang lima yaitu: Pangucap, Panghirup (hidung), Pangrungu (telinga), Pandeleng (mata), dan napsu. Juga panca diartikan dengan jalannya, Ratna dengan Sengem atau suka, maksudnya jalannya kesukaan.
Panca Ratna fungsinya untuk tempat seba atau menghadap para penggede desa atau kampong yang diterima oleh Demang atau Wedana Kraton. Para penggede itu setiap hari Sabtu pertama diharuskan bermain sodor berkuda yaitu semacam perang rider, permainan itu disebut Sabton. Sultan sangat suka sekali melihat permainan ini, biasanya melihat dari Siti Inggil dengan para penggiringnya.



4.       Panca Niti
Sebelah timur jalan menuju kraton berdiri bangunan tanpa dinding dinamai Panca Niti. Panca = jalan, Niti = dari kata Nata atau Raja namun yang dimaksud disini Atasan.
a.       Tempat Perwira yang sedang melatih perang-perangan pada prajurit
b.      Tempat istirahat setelah berbaris
c.       Tempat Jaksa yang akan menuntut hukuman mati terdakwa kepada Hakim, dan apakah terdakwa itu dapat Grasi dari Raja
d.      Tempat petugas yang mengatur keramaian atau pentasan yang diadakan Negara.
5.       Kali Sipadu
Sebelah selatan Panca Ratna dan Panca Niti membentang selokan dari barat ke timur yang dinamai kali Sipadu berfungsi sebagai pembatas antara umum dan penghuni baluarti Kraton Kasepuhan.

6.       Kreteg Pangrawit
Di atas kali sipadu ada jembatan menuju Kraton yang dinamai Kreteg  Pangrawit. Kreteg = perasaan, Pangrawit = kecil ( yang dimaksud lembut/halus atau baik) artinya: Orang yang melintasi jembatan ini diharapkan yang bermaksud baik-baik saja yang telah diperiksa oleh kemitan Panca Ratna.


7.       Lapangan Giyanti
Setelah melewati jembatan pangrawit sebelah barat jalan ada lapangan yang dinamai Lapangan Giyanti, dahulunya Taman yang dibangun oleh P. Arya Carbon Kararangen (P. Giyanti).

8.       Siti Inggil
Sebelah timur lapangan Giyanti berdiri bangunan dari bata merah berbentuk podium dinamai Siti Inggil. Siti = tanah, Inggil = tinggi (dari bahasa Cirebon). Siti Inggil dikelilingi tembok bata merah berupa Candi Bentar. Candi = tumpukan, Bentar = bata. Tiap pilar diatasnya ada Candi Laras. Candi = tumpukan, Laras = sesuai. Artinya peraturan itu harus sesuai dengan ketentuan hukum.
Di Siti Inggil berdiri lima buah bangunan tanp dinding beratap sirap, deretan depan dari barat ke timur :
1.       Mande Pendawa Lima, fungsinya untuk duduk pengawal raja
2.       Mande Malang Semirang  atau Mande Jajar, fungsinya untuk tempat duduk raja bila melihat acara di alun-alun juga bila sedang mengadili terdakwa
3.       Mande Semar Tinandu, fungsinya untuk tempat duduk penghulu atau penasehat raja
4.       Mande Karesmen, fungsinya untuk tempat membunyikan gamelan sekaten
5.       Mande Pengiring, fungsinya untuk tempat duduk prajurit pengiring raja juga tempat hakim menyidang terdakwa yang dituntut hukuman mati oleh jaksa
Di Siti Inggil gapura depannya model Bali dinamai Gapura Adi, gapura belakangnya dinamai Gapura Banteng, karena dikaki gapura terdapat gambar banteng, ini melambangkan kekuatan dan keberanian daripada aparatur Negara.Di Siti Inggil ditanam pohon Tanjung yaitu lambang Nanjung dalam bertahta. Dihalaman Siti Inggil juga terdapat meja batu dari Kalingga dan bangku batu dari Gujarat yang dibawa oleh Dr. Raffles  (orang Inggris yang sejarah dunia). Siti Inggil mengalami pemugaran oleh Dinas Heid Keunde Belanda di th. 1934-1938 namun tidak merubah bentuk aslinya.


9.          Pengada
Sebelah selatan Siti Inggil berdiri bangunan tanpa dinding menghadap ke barat dinamai Pengada atau Kubeng artinya keliling. Pengada fungsinya untuk tempat Panca Lima. Panca, diartikan jalannya = gerakan. Lima yang dimaksud 5 unsur aparat yaitu: Demang Dalem, Camat Dalem, Lurah Dalem, Laskar  Dalem dan Kaum Dalem. Tepatnya Pengada itu tempat tugas kelima unsure aparat itu.

10.      Kemandungan
Masuk gerbang Penggada kita akan sampai ke halaman yang dinamai Kemandungan, duhulunya didekat gerbang lonceng ada bangunan dinamai Gedung Kemandungan = andalam (cagaran), gedung ini untuk penyimpanan senjata (alat perang), sebelah selatannya ada sumur yang dinami Sumur Kemandungan untuk mencuci sejata (alat perang) pada tg. 1 s/d 10 muharam. Sekarang gedung kemandungannya sudah tidak ada dan senjatanya dipindahkan ke gedung museum.



11.      Langgar Agung
Sebelah barat Kemandungan berdiri bangunan yang dinamai Langgar Agung = Musholah, untuk sholat orang-orang dalam, sholat taraweh, sholat idul fitri dan idul adha Sultan, Kerabat dan Kaum Dalem.
Didepan Langgar Agung ada cungkup untuk tempat bedug, bedugnya dinamai Sang Magiri yang artinya bila bedug sebagai isyarat untuk memperingatkan masuknya waktu sholat agar semunanya menggerjakan sholat.
Langgar Agung sampai sekarang masih digunakan untuk pelaksanaan selamatan bubur slabuk pada tg. 10 muharam, apem tg. 15 syafar, mauludan tg. 12 rabiul awal (ba’da sholat isya s/d selesai), tajiloan pada bulan romadon, selamatan lebaran tg. 1 syawal dan penyembelihan qurban tg. 8 dzulhijah (idul adha) oleh pihak kraton.

 





     






12.      Pintu Gledegan
Dari Kemandungan arah ke selatan melalui gerbang yang dinamai pintu gledegan sekarang berdaun pintu trails dan besi, dahulu dijaga 2 orang prajurit bertombak. Bila ada orang yang masuk  maka akan terdengar suara menggeledeg seperti petir, karena itu gerbang ini dinamai Pintu Gledegan

13.      Taman Bunderan Dewan Daru
Setelah melewati Pintu Gledegan kita akan menemui sebuah taman yang dinamai Taman Bunderan Dewan Daru. Taman ini dibuat Plan soen rolaknya dari batu cadas, ditaman ini ditanami 8 buah pohon Dewan Daru maka taman ini dinamai Taman Bunderan Dewan Daru (bentuknya bundar). Bunderan = bundar yang dimaksud sepakat, Dewan = dewa atau makhluk halus, Daru = cahaya, artinya: jadilah orang yang menerangi sesama mereka yang masih hidup dalam rasa kegelapan.
Ditaman ini terdapat:
a.       Nandi (patung lembu kecil) = lambang kepercayaan hindu sebagai koleksi
b.      Pohon Soka sebagai lambang suka (hidup bersuka hati)
c.       Patung 2 ekor macan putih, merupakan lambang pajajaran
d.      Meja dan bangku batu sama dengan yang dihalaman depan Siti Inggil
e.      2 buah meriam persembahan dari Prabu Kabunangka Pakuan, meriam ini dinamai Ki satoma dan Nyi Santomi.

14.      Museum Kuno
Sebelah barat Taman Bunderan Dewan Daru berdiri bangunan museum yang pernah dipugar oleh departeman P & K Dinas Purbakala pada th. 1974-1975, dan bentuknya dirubah menjadi bentuk huruf E tapi tembok tengahnya (yang atas pilarnya ada momolo bunga teratai kudup) masih asli. Pintu museum yang tengah khusus untuk masuk orang dinas yang berkepentingan saja, kalau untuk pengunjung wisata masuk dari pintu sebelah selatan dan keluar dari pintu sebelah utara,
Museum ini untuk penyimpanan barang-barang antic peninggalan sejarah seperti barang kerajinan dari dalam dan luar negeri, alat upacara adat dan juga senjata sebagai koleksi diantaranya:
a.       Seperangkat Gamelan Degung persembahan dari Ki Gede Kawungcaang Banten th. 1426 karena putrinya Dewi Kawung Anteng dinikah Sunan Gunung Jati. Degung ini merupakan duplikat dari Degung Pusaka Pajajaran
b.      Seperangkat Gamelan Berlaras Slendro dan Wayang Purwa dari Cirebon th. 1748 peninggalan Sultan Sepuh IV, gamelan ini dinamai Si Ketuyung.
c.       Vitrin I : Berisi Pagoda Graken untuk tempat jamu, Peti Kandaga dari Suasa untuk tempat perhiasan, dan Kaca Rias (cermin) semua peninggalan tahun 1506.
d.      4 buah Rebana peninggalan Sunan Kalijaga tahun 1412 dan Genta (bel) yang dinamai Bergawang, dahulu sebagai tanda pelantikan Sunan Gunung Jati Syech Syarif Hidayatullah dinobatkan sebagai Sultan Auliya Negara Cirebon oleh Dewan Wali Sanga, menguasai daerah Cirebon, Kuningan, Indramayu, dan Majalengka pada tahun 1429.
e.       Seperangkat Gamelan Sekaten persembahan dari Sultan Demak ke III (Sultan Trenggono) pada waktu pernikahan Ratu Mas Nyawa ((adik Sultan Trenggono) dengan P.Bratakelana putra Sunan Gunung Jati tahun 1495. Gamelan ini digunakan sebagai alat propaganda untuk memikat orang-orang Hindu masuk Islam, hingga sekarang Gamelan Sekaten ini dibunyikan setiap hari raya Idul Fitri dan Idul Adha di Siti Inggil.
f.        Vitrin II : Berisi tempat tinta dari Cina tahun 1697, Ani-ani untuk potong padi, Gelas Minum dari VOC tahun 1745, alat upacara Raja yaitu : 2 buah Jantungan, 2 buah Manggaran dan 2 buah Nagan terbuat dari perak (sekarang digunakan untuk upacara Grebeg Mulud), Standar Lilin Kristal dari Prancis tahun 1738, Lumbung padi (miniatur) terbuat dari uang kepeng Cina, 4 buah Kerang buntet dari Laut Banda, Ukiran kayu berbentuk naga badannya saling melilit disebut Naga Tunggul Wulung kepercayaan dulu sebagai tumbal (mascot), Naga Tunggul Wulung itu pengawlnya Pohaci (Dewa Padi), Satu set Perhiasan Pengantin untuk Putra Raja tahun 1526 terbuat dari logam kuningan sari, dll.
g.        Vitrin III : Berisi 24 buah baju logam disebut Harnas/Malin juga disebut Baju Kere dari Portugis tahun 1527.
h.       3 buah peti kayu berukir dari Cina dan 6 buah peti dari Mesir pada jaman Sunan Gunug Jati.
i.          Vitrin IV : Berisi Kujang, Cundrik Pedang, dan Trisula.
j.        Vitrin V : Berisi beberapa buah mata tombak.
k.       Vitrin VI : Berisi Bedil berlidi (penyocok mesiu) dari Mesir, Bedil dobel loop dan Pedang dari Portugis.
l.          Di ruang pintu tengah ada 2 buah Meriam dari Kalingga India persembahan dari Patih Keling yang diIslamkan olh Sunan Gunung Jati tahun 1423, kamudian Ki Patih beserta anak buahnya turun-temurun mengabdi untuk menjaga makam Sunan Gunung Jati hingga sekarang.
m) Vitrin VII : Berisi barang keramik dari Cina tahun 1424, di bawahnya berisi senjata/keris-keris persembahan dari masyarakat.
n)   Vitrin VIII : Berisi beberapa buah genta kerajina dari Cina, beberapa buah kendi terbuat dari buah labu, 4 buah patung kayudari Bali yang disebut Kisna Murti. Krisna=Wisnu, Murti=Kuasa ini menggambarkan Dewa Wisnu dilahirkan ke dunia untuk mencegah kemurkaan manusia, jin, dan hewan, beberapa buah piring dan mangkuk persembahan dari Sultan Aryadilah Palembang, Kelapa Janggil penemuan P.Cakrabuwana dari laut Aden waktu pulang dari Haji tahun 1390, dll.
o)   Rak berisi beberapa buah tombak seligi.
p)   Di tembok bebelah barat terdapat panah beseta gendewanya, di sampingnya Rak berisi beberapa buah tombak.
q)   Vitrin IX : Berisi Kujang dan Cundrik dari Padjajaran sejak jaman P.Cakrabuwana lalu diberikan kepada Sunan Gunung Jati.
r)    Beberapa buah Meriam dari Cina tahun 1676 dan Meriam dari Portugis tahun1527 pada waktu itu Portugis memonopoli perdagangan di Sunda Kelapa dan menduduki Sunda Kelapa kemudian diusir oleh Tubagus Paseh (Fatahillah) menantu Sunan Gunung Jati dengan bantuan sisa lascar Pajang, kemudian Portugis mundur ke Sumatera dan akhirnya ke Malaka, di antar Meriam dari Cina dan Portugis terdapat alat Debus dari Banten persembahan dari Sultan Hasanudin Banten tahun 1552 untuk Panembahan Pakung Wati, dibawahnya terdapat batu peluru bandil (bahasa arab disebut Hajar Rajam) untuk perang pada masa dulu.
s)   Rak berisi beberapa buah tombak Cls untuk khotbah.
t)    Vitrin X : Berisi 48 buah tombak Dwisula, 37 buah Trisula, 40 buah Catur Sula yang kesemuanya dibuat oleh Sultan Sepuh V mandalnya di Desa Malanghaji tahun 1776, 84 buah Bayonot peninggalan Kompeni Belanda tahun 1745 dan senjata-senjata persembahan dari masyarakat untuk dimusiumkan.
u)   Di sudut ruangan ada 1 set Meja Kursi hitam model Eropa tahun 1845, di sampingnya terdapat ukiran kayu motif pohon teratai dari Cina persembahan Kapten Cina dari Pekalongan yang bernama Tan Tjoeng Lay yang ahli bahasa Belanda, Inggris, Tak The, Melayu, Jawa dan Sunda gelar Tumenggung Arlya Wira Cula tahun 1676-1697.
v)   Vitrin XI : Berisi beberapa mata tombak pada jaman Sultan Sepuh V.
w)  Vitrin XII : Berisi Pagoda Graken, Mangkok besar dan Kendi Keramik dari Mongolia Dinasti Ming, Cangkir dari Cina tahun 1424.
x)   Meja Vitrin I : Berisi mata tombak ditatrap emas, keris sekin karya Empu jaman Sunan Gunung Jati, mata tombak besar tatrap emas khusus untuk Ki Bergawa Perwira kuat berbadan besar seperti Samson atau Hercules dan Badik dari Makasar.
y)   Meja Vitrin II : Berisi Busana Puta-Putri masa Sultan Sepuh X.
z)   Vitrin XII : Berisi mata tombak dan keris.
1) Di pojok sebelah timur terdapat ukiran kayu Ganesha naik Gajah karya Panembahan Girilya tahun 1582.
2) Seperangkat alat Tedak Siti atau Mudun Lemah (turun tanah) terdiri dari : 1 buah Sangkar Bambu, 1 buah Kursi dan tangga kecil berundaga lima untuk upacara Turun Tanah anak umur 7 bulan, acaranya setelah undangan kumpul Anak dipapah lalu kakinaya diinjakkan pada ambalan tangga dan terakhir dimasukkan sangkar yang di dalamnya ada tanah kemudian kakinya diinjakkan ke tanah lalu disuruh milih. Jika mengambil padi bakal jadi petani, uang bakal jadi pedagang, pensil bakal jadi pegawai, buku bakal jadi ahli ilmu, Qur’an ahli agama, emas banyak harta, pisau jadi tentara. Peralatan ini peninggalan Sultan Sepuh XI tahun 1899.
3) Di sekeliling tembok Musium terdapat beberapa buah ukiran kayu diantaranya ukiran kayu Mantingan yang menggambarkan manusia purba dari Desa Mantingan Kerajaan Pajang pada jaman Panembahan Pakung Wati I yang bersahabat dengan Sultan Pajang dan berjodoh dengan Putri Pajang Rt.Mas Gulampok Anggoros tahun1510, ukiran kayu menggambarkan 2 makhluk prabangsa berhadap-hadapan karya Panembahan Pakung Wati I dikala melihat awan bergumpal di langit berbentuk binatang lalu digambar di tanah kemudian dibuat ukirannya, dsb.

15. Musium Kereta
Sebelah timur Taman Bunderan Dewan Daru berdiri bangunan untuk tempat penyimpanan Kereta Pusaka yang dinamai Kereta Singa Barong. Singa= dari Sing Ngarani (bah.Cirebon), Barong=dari bareng-bareng, jadi Singa Barong itu artinya sing ngarani bareng-bareng arti bahasa Indonesianya=yang member nama bersama-sama. Kereta ini dibuat tahun 1549 atas Prakarsa Panembahan Pakungwati I mengambil pola makhluk prabangsa, arsiteknya Panembahan Losari, Werk Bas Dalem Gebang Sepuh dan pemahatnya Ki Nataguna dari Kaliwulu. Kereta Singa Barong perwujudan dari 3 binatang jadi satu yaitu:                                       
  1. Belalai Gajah melambangkan persahabatan dengan India yang beragama Hindu.                                                        
  2. Kepala Naga melambangkan persahabatan dengan Cina yang beragama Budha.                                                         
3. Sayap dan Badan mengambil dari buroq melmbangkan persahabatn dengan Mesir yang beragama Islam.   
                                                                                                                                                        
Dari ketiga kebudayaan menjadi satu (Hindu, Budha, Islam) digambarkan dengan Trisula di Belalai. Tri=Tiga, Sula=Tajam, yang dimaksud tajamnya Alam PPikiran Manusia yaitu : Cipta, Rasa, Karsa. Ada Sastra Jawa berbunyi = Witing Guna Saka Kaweruh Dayane Satuhu yang artinya : Asalnya Kebijaksanaan itu dari Pengetahuan jalankanlah dengan mantap dan baik Kereta ini dahulunya digunakan untuk Upacara Kirab keliling kota Cirebon tiap tanggal 1Syura/Muharam dengan ditarik oleh 4 ekor Kerbau Bule. Semenjak tahun1942 sudah tidak dipakai lagi.                                                                                                  
 - Di dalam Musium Kereta juga terdapat 2 buah Tandu Jempana dari Cina persembahan dari Kapten Tan Tjoeng Lay dan Kapten Tan Boen Wee tahun 1676.                                                                              Tandu Jempana ini untuk Permaisuri dan Putra Mahkota.                                                                                            
 – Tandu Garuda Mina dibuat tahun 1777 di Gempol Palimanan, tandu ini dipergunakan untuk mengarak anak yang mau dikhitan.                                                                                                                                         
 – Juga terdapat Pedang-pedang dari Portugis dan Belanda, 2 buah Meriam dari Mongolia tahun 1424 yang berbentuk Naga.                                                                                                                                                      
 – Di belakang Kereta terdapat tombak-tombak panjang berbendera kuning yang disebut Blandrang, biasanya tombak-tombak ini dibawa oleh Prajurit Panyutran sebagai barisan kehormatan, juga terdapat Tunggul Gada/Tunggul Manik sebagai lambing Penerangan, dan Payung Keropak sebagai lambing Pengayoman.                                                                                                                
 – Seperangkat Angklung Kuno persembahan dari Masyarakat daerah Kuningan.

16. Tugu Manunggal :
Sebelah selatan Taman Bunderan Dewan Daru terdapat Batu pendek dikelilingi 8 buah pot bunga, maksudnya Lambang Kepercayaan Islam menyembah kepada Allah yang Satu Dzat Sifatnya. Tugu ini dinamai Tugu Manunggal.

17. Lunjuk :
Sebelah barat Tugu Mnunggal berdiri bangunan yan disebut Lunjuk yang artinya Petunjuk fungsinya untuk tempat Staf  harian yang tugasnya melayani tamu yang ingin menghadap Raja (mencatat dan melaporkan).

18. Sri Manganti :
Sebelah timur Tugu Mnunggal berdiri bangunan tanpa dinding yang disebut Sri = Raja, Manganti = menunggu. Artinya : Tempat menunggu keputsan Raja setelah melapor di Lunjuk.

19. Kuncung dan Kutagara Wadasan :
Sebelah selatan Tugu Manunggal ada bangunan beratap sirap disebut Kuncung (Poni) fungsinya untuk tempat parker kendaraan Raja/Sultan dibangun tahun 1678 oleh Sultan Sepuh I, Kuncung bergorbang putih dibuat mengandung seni khas Cirebon, bawahnya berukir Wadasan yang melambangkan Manusia hidup harus mempunyai pondasi yang kuat, atasnya berukir Mega Mendungan yang melambangkan jika sudah menjadi Pimpinan atau Raja harus bias mengayomi bawahannya atau rakyatnya. Gapura ini disebut Gapura Kutagara Wadasan.

20. Jinem Pangrawit :
Sebelah selatan Kuncung terdapat ruangan sebagai serambi depan Kraton yang disebut Jinem Pangrawit. Jinem = Kejineman (tempat tugas), Pangrawit = dari kata rawit (kecil) yang dimaksud halus atau bagus (baik), fungsinya untuk tempat tugas Pangeran Patih atau wakil Sultan menerima tamu.

21. Pintu Buk Bacem :
Sebelah barat dan timur Jinem Pangrawit terdapat Pintu Gerbang baratap tembok lengkung (hoeg/buk) berdaun pintu kayu. Kayunya dibacem dulu (direndam dengan diberi ramuan). Pintu ini disebut Pintu Buk Bacem. Pintu yang sebelah barat untuk pengunjung wisata, dan yang sebelah timur untuk keluar-masuk penghuni keratin tiap hari.

22. Gajah Nguling :
Sebelah dalam Jinem Pangrawit terdapat bangunan tanpa dinding bertiang putih disebut Loos Gajah Nguling mengambil dari gajah sedang nguling (menguak) belalainya bengkok, bentuk bangunan ini pun tidak  lurus seperti belalai gajah sedang menguak. Maksudnya tidak boleh boros harus irit, loos ini dibangun Sultan Sepuh IX tahun 1845, fungsinya sebagai penghubung Jinem Pangrawit dengan Bangsal Pringgadani.

23. Bangsal Pringgadani :
Sebelah dalam/selatan Loos Gajah Nguling ada ruangan yang dinamai Bangsal Pringgadani mengambil nama dari cerita pewayangan, fungsinya untuk Pisowan (menghadap) para Bupati Cirebon, Kuningan, Indramayu, dan Majalengka. Juga sewaktu-waktu dipakai siding para Wargi Kraton.

24. Langgar Alit :
Sebelah barat Bangsal Pringgadani berdiri bangunan tanpa dinding yang dinamai Langgar Alit fungsinya untuk Tadarus setelah Sholat Tarawih kemudian memebunyikan Terbang/gembyung, pada tanggal 15 Ramadhan diadakan selamatan Khatam Qur’an ke I, tanggal 17 Ramadhan peringatan Nuzulul Qur’an, tanggal 29 Ramadhan maleman, tanggal 30 Ramadhan khatam ke II, tanggal 1 Syawal ba’da Isya Penghulu dan Kaum menerima zakat fitrah dari Sultan Sepuh sekeluarga, tanggal 27 Rajab ba’da Isya diadakan Isro Mi’raj (rajaban), tanggal 15 Sya’ban diadakan Nifsu Sya’ban (Rewahan), dan peringatan hari-hari besar Islam hingga sekarang. Langgar Alit pernah dipugar bersamaan dengan Siti Inggil, dan lantainya diganti dengan marmer. Sebelah utara Langgar Alit sejajar tembok terdapat pintu yang disebut Pintu Putri. Pintu ini menuju ke Kaputren, umum tidak boleh melalui pintu ini.

25. Jinem Arum :
Sebelah timur Bangsal Pringgadani berdiri bangunan tanpa dinding dinamai Jinem Arum yang fungsinya untuk  ruang tunggu Wargi yang mau menghadap Sultan.

26. Kaputran :
Sebelah timur Jinem Arum berdiri bangunan menghadap ke utara dinamai Kaputran, fungsinya untuk tempat tinggal Putra Sultan yang laki-laki.

27. Bangsal Prabayaksa :
Sebelah dalam Bangsal Pringgandani ada ruangan yang disebut Bangsal Prabayaksa. Praba = sayap, Yaksa = besar, arti maksudnya : Sultan melindungi rakyat dengan kedua tangannya yang besar seperti induk ayam melindungi anaknya dengan kedua sayapnya. Yang dimaksud disini Besar kekuasaannya. Bangsal Prabayaksa dibangun tahun 1682 oleh Sultan Sepuh I, dan fungsinya untuk tempat sidang Menteri Negara Keraton Kesepuhan.

28. Kaputern :
Sebelah barat Relief terdapat pintu menuju ke bangunan yang dinamai Kaputren yang fungsinya untuk tempat tinggal Putra Sultan yang Perempuan.

29. Dalem Arum :
Sebelah timur Relief terdapat pintu menuju ruangan yang disebut Dalem Arum atau Kedaton yang fungsinya untuk tempat tinggal Sultan dan keluarganya turun temurun hingga sekarang, umum dilarang masuk.

30. Bangsal Agung Panembahan :
Sebelah selatan Bangsal Prabayaksa naik tangga terdapat ruangan yang disebut Bangsal Agung Panembahan, fungsinya untuk tempat Singgasana Gusti Panembahan.                                                                                  Didalam Bangsal Agung Panembahan terdapat Kursi Singgasana dengan mejanya berkaki gambar ulat  yang melambangkan : dahulu ucapan Raja merupakan Hukum, di belakang singgasana terdapat Tempat tidur yang disebut Ranjang Kencana untuk istirahat siang Raja/Sultan, sebelah kanan dan kiri Singgasana terdapat Meja dan Kursi untuk Permaisuri dan Putra Mahkota bila berkenaan hadir.                                                         Sekarang Bangsal Panembahan dipergunakan untuk sesaji saran Panjang Jimat (selamatan Maulud) yang mengerjakan Kaum Masjid Agung dan disaksikan oleh Sultan, Rden Ayu dan Kerabat Keraton, waktunya ba’da Isya tanggal 12 Rabiul Awal, setelah selesai diiring menuju Langgar Agung. Lanti Bangsal Agung Panembahan masih asli tahun1529, sedangakn lantai Bangsal Prabayaksa dan Pringgadani sudah diganti tahun 1934, dan Jinem Pangrawit tahun 1997.  

31. Pungkuran :
Sebelah selatan Bangsal Agung Panembahan terdapat ruangan tanpa dinding merupakan Serambi Belakang yang disebut Pungkuran atau Buritan karena letaknya paling belakang, fungsinya untuk tempat sesaji sarana Maulud Nabi SAW.

32. Dapur Mulud :
Di depan Kaputren agak ke barat berdiri bangunan menghadap ke timur dinamai Dapur Mulud yang fungsinya untuk tempat memasak bila selamatan Maulud Nabi, yang memasaknya Ibu-ibu Kaum Masjid Agung.

33. Pamburatan :
Sebelah selatan Kaputren terdapat bangunan yang dinamai Pamburatan (Pengguratan) untuk tempat mengurat (mengerik) kayu-kayu wangi bahan boreh (param) selamatan Maulud nabi SAW. Melihat kejadian-kejadian pembuatan bangunan Keraton Kespuhan (Pakungwati) bias ditarik kesimpulan bahwa dahulunya berbentuk seperti Motel kemudian Sultan-Sultan turun-temurun berjasa menambah bengunan sehingga bentuknya menyatu seperti yang terlihat sekarang ini.


Demikianlah apa yang tertuang dan tersaji dalam Buku Panduan ini semuanya disusun kembali dari Buku Panduan yang ada (R.Saleh) dengan tidak menambah, mengurangi ataupun merubah dari arti, maksud dan tujuannya.
Apabila ada keternagan yang kurang berkenan atau kurang dimengerti mohon ma’af sebesar-besarnaya.
Amin.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates